UMK News - Program Peningkatan Inklusi Keuangan untuk Pemerataan Ekonomi Rakyat (PINTAR) yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Permodalan Nasional Madani (PNM) resmi mulai diimplementasikan di Desa Paninggaran, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan. Program ini dihadirkan sebagai upaya meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui inovasi budidaya ikan lele dalam ember (budikdamer) berbasis pemanfaatan pekarangan rumah.
Kegiatan ini menyasar penerima Program Keluarga Harapan (PKH) serta masyarakat umum, sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi rumah tangga yang mudah diterapkan, berbiaya rendah, dan berpotensi memberikan sumber pangan serta pendapatan tambahan.
Program PINTAR di Desa Paninggaran terlaksana melalui kolaborasi lintas sektoral antara PNM, Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), dan Universitas Muhammadiyah Kuningan (UM Kuningan). PNM sebagai penyalur dana diwakili oleh Manajer Supporting, Rizkq Alhabibi, sementara pendampingan teknis dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dari kedua perguruan tinggi Muhammadiyah tersebut.
Dari Universitas Muhammadiyah Cirebon hadir Johan, M.T., Ketua Divisi Pengabdian kepada Masyarakat, bersama Ketua LPM, Ari, dan dua mahasiswa pendamping. Adapun dari Universitas Muhammadiyah Kuningan, kegiatan diinisiasi oleh Dr. Oman Hadiana, M.Pd., Kepala LPPM UM Kuningan.
Sosialisasi dan Pelatihan Teknik Budikdamer
Tahap awal pelaksanaan program diawali dengan sosialisasi dan pelatihan teknis pada 7 November 2025, bertempat di rumah warga Desa Paninggaran. Pelatihan ini memberikan materi lengkap mengenai budidaya lele dalam ember dan penanaman kangkung secara vertikal menggunakan media air yang sama.
Dalam sambutannya, Rizkq Alhabibi menegaskan bahwa PINTAR merupakan program pemberdayaan untuk meningkatkan inklusi keuangan masyarakat, bukan sekadar bantuan.
“Melalui budikdamer, kami ingin masyarakat belajar berwirausaha dari rumah, dengan modal kecil namun hasil nyata. Inilah wujud inklusi keuangan yang sesungguhnya,” ujarnya.
Sementara itu, Johan, M.T. dari UMC menyampaikan penjelasan teknis mulai dari analisis SWOT, alasan pemilihan komoditas lele dan kangkung, hingga praktik pembuatan media menggunakan ember 80 liter, benih lele, EM4, arang batok kelapa, dan bibit kangkung.
“Metode ini ramah lingkungan, efisien, dan mudah diterapkan oleh ibu rumah tangga maupun penerima PKH. Selain menyediakan pangan bergizi, hasilnya dapat menambah pendapatan keluarga,” jelasnya.

