UMK News - Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-113 yang mengusung tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa,” Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Farmasi, Kesehatan, dan Sains (FFKS) Universitas Muhammadiyah Kuningan menggelar pengajian reflektif bertajuk “Aktualisasi Nilai Trilogi dan Trikoda: Jalan Kader Menuju IMM yang Berdaya dan Berkarakter.” Kegiatan ini berlangsung di Masjid Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Kuningan pada Jumat (7/11/2025).

Acara yang dihadiri puluhan kader dan pengurus PK IMM FFKS dan FPST serta Ketua PC IMM Kabupaten Kuningan ini menjadi momentum penguatan nilai-nilai perjuangan Muhammadiyah sekaligus peneguhan identitas kader muda sebagai penerus dakwah Islam berkemajuan.

Muhammadiyah sebagai Organisasi Besar yang Harus Dijaga Kadernya

Hadir sebagai pemateri, Sukisno, M.Pd, Direktur Akademik dan AIK Universitas Muhammadiyah Kuningan sekaligus senior IMM, menyampaikan refleksi mendalam tentang pentingnya peran kader IMM dalam menjaga kesinambungan dakwah Muhammadiyah. Ia mengungkapkan bahwa Muhammadiyah saat ini telah menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di dunia.

“Tugas kita sebagai kader Muhammadiyah hari ini adalah menjaga eksistensi persyarikatan, salah satunya dengan membesarkan organisasi otonom seperti IMM. Ortom adalah gerbang utama kaderisasi penerus kepemimpinan Muhammadiyah,” tegasnya.

Ia juga menekankan sifat Muhammadiyah yang inklusif dan terbuka bagi siapa pun yang memiliki cita-cita dakwah dan kemanusiaan.

Semangat Al-Ma’un: Bukan Sekadar Retorika, tetapi Aksi Nyata

Dalam uraian materinya, Sukisno meneguhkan kembali nilai Teologi Al-Ma’un yang menjadi roh gerakan Muhammadiyah. Kader IMM, menurutnya, tidak cukup hanya pandai berbicara, tetapi harus menjadi pelaku amal sosial yang nyata.

Ia mengibaratkan IMM sebagai pohon yang kuat, sebagaimana gambaran Al-Qur’an dalam QS. Ibrahim [14]:24—berakar kuat pada nilai Islam dan Muhammadiyah, sekaligus menjulang tinggi dalam ranah intelektual, sosial, dan spiritual.

Ia juga mengutip sabda Rasulullah ﷺ:

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang dan tolong-menolong seperti satu tubuh; jika satu bagian sakit, seluruh tubuh ikut merasakan.”

Pesan ini menjadi pengingat penting bahwa gerakan IMM harus dibangun melalui ukhuwah dan kerja kolektif, bukan individualisme.

Menjadi Kader yang Berkarakter dan Bergerak

Sukisno menegaskan bahwa IMM bukan hanya organisasi, tetapi sistem nilai yang membentuk karakter, kepedulian sosial, dan intelektualitas anggotanya. Dalam penutup ceramah, ia mengajak seluruh kader mengamalkan spirit Al-Ma’un dalam kehidupan sehari-hari.

“Iman harus dibuktikan dengan amal. Inilah makna sejati Al-Ma’un — bukan hanya dipelajari, tetapi diamalkan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan ungkapan yang sering menjadi ciri khas warga Muhammadiyah:

“Jika tiga orang Muhammadiyah berkumpul, maka akan lahir sekolah, masjid, atau rumah sakit.”

Ungkapan ini menunjukkan bagaimana nilai Al-Ma’un telah diwujudkan melalui ribuan amal usaha Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

Sebelum menutup, Sukisno kembali menggaungkan semboyan perjuangan IMM:

“Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual, dan Radikal dalam Gerakan.”

Dengan semangat itu, ia berpesan agar kader IMM terus membuktikan bahwa mereka adalah generasi yang siap bergerak, mengabdi, dan membawa manfaat bagi umat. (tsa)